This Blog made by Bob Aldi --- Today Quote Ticker by Mario Teguh * You are talented to become a peaceful and strong person, if you decisively treat small matters as small, and the big ones as big. * Be grateful for you have received from others, and forget what you have given to them * When your mind does not lead, your feelings are in power. * Life is not easy but it's full of fun * ---



Jokowi, Tokoh Terpopuler Indonesia 2012


1356761983232038077
Sosok sederhana Jokowi (sumber : Republika.co.id)

Jokowi memang sosok yang sangat fenomenal, bagaimana tidak? Sepanjang tahun ini Jokowi selalu menghiasi media nasional kita.  Mulai dari Solo hingga ke Jakarta.  Bahkan hal-hal kecil semisal Jokowi yang sedang Rapat atau membuka suatu acara tertentu pasti menjadi berita hangat di TV.  Masyarakat sangat mengagumi sosok Jokowi yang sederhana, cepat tanggap, humble dan peduli wong cilik.

Siapa yang tak kenal Jokowi? tokoh yang lahir di Surakarta (Solo), 21 Juni 1961 ini mengawali karier-nya dengan bekerja di BUMN, namun tak lama ia memutuskan keluar dan memulai usaha mebel dengan menjaminkan rumah kecil satu-satunya, dan akhirnya berkembang.  Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik.

Hingga akhirnya pada tahun 2005, Jokowi terpilih sebagai walikota Solo.  Dibawah kepemimpinannya Solo makin 'naik daun' di mata masyarakat Indonesia dan dunia.  Solo yang terkenal akan batik dan Keratonnya itu kini menjadi salah satu tempat wisata budaya populer di Indonesia selain Yogyakarta dan Bali.  Dunia Internasional pun menilik Solo sebagai 'The Spirit of Java'.  Prestasi yang perlu diacungi jempol karena seperti kita tahu, memoles citra dan Brand pada sebuah kota bukanlah sesuatu hal yang mudah. Apalagi harus bersaing dengan kota-kota yang sudah populer semisal Yogyakarta.  Ingat, kota Semarang saja pernah gagal dengan Program "Semarang Pesona Asia" nya.

Dari Solo ke Jakarta.  Saya pun tidak pernah membayangkan Jokowi bisa menjabat setinggi itu dulu.  Mengingat Solo dengan Jakarta bak Ibu dengan anaknya.  Jakarta yang masalahnya begitu kompleks terutama dengan Banjir dan Kemacetannya hingga Masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan.   Masalah di Solo dan kebanyakan kota2 besar di Indonesia memang hampir sama dengan Jakarta namun menangani kota Megapolitan seperti Jakarta bukanlah perkara yang mudah.

Jokowi memang dielu-elukan banyak orang tapi jangan sampai kita terlalu berekspektasi bahwa Jokowi bisa menangani itu semua sendirian.  Ingat Jokowi bukanlah Superman ! Misalkan, masalah banjir sendiri sebenarnya adalah masalah bersama, sumbernya hanya satu, SAMPAH.  Seberapa besarpun dana yang digelontorkan untuk merevitalisasi Sungai atau membuat Deep Tunnel selebar apapun semua itu akan sia-sia kalau kita masih membuang lemari dan kasur di sungai.   Begitu juga halnya dengan kemacetan, memang karena transportasi publik yang tidak layak masyarakat enggan menggunakannya, namun disatu sisi kesadaran masyarakat untuk menggunakan transportasi publik sebagai kendaraan sehari-hari juga perlu dilatih.  Masyarakat Jepang sangat antusias menggunakan transportasi publik karena adanya sinergi dan kepercayaan yang kuat antara pemerintah dan Masyarakat.

Kesuksesan Jokowi pun terdengar oleh Masyarakat Internasional, tak tanggung2 majalah Time menominasikan Jokowi sebagai salah satu Person of the Year 2012 bersama Barack Obama dan PsY.  Meskipun kalah dan gelar itu disabet oleh Barack Obama namun kita patut bangga dengan pencapaian ini

Selain Majalah Time, Google Indonesia pun menyatakan bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjadi tokoh paling populer 2012 menurut Google Indonesia. Jokowi mengungguli Ayu Ting-Ting dan Whitney Houston. Mantan Wali Kota Surakarta ini berada di tokoh terpopuler bersama Dahlan Iskan yang berada di posisi kesepuluh.

Semoga Jokowi selalu dilimpahkan kesehatan oleh Tuhan YME sehingga masalah Jakarta satu persatu dapat teratasi. Aamiin.

Salam satu Bangsa, Indonesia BISA !

also visit my blog : www.kompasiana.com/bob.aldi

Film Indonesia, Luar Biasa !!!

LUAR BIASA..!!! Itulah kata-kata yang hanya mencuat dari diri saya dan (mungkin) kebanyakan orang Indonesia bulan ini.  Bagaimana tidak? Bulan ini sebuah sejarah telah dicatat.  Film Indonesia merajai seluruh Bioskop Indonesia.  Hal yang sebelumnya sangat jarang saya temui.

Film 5 cm
Sebuah pencapaian yang luar biasa datang dari film “5 cm” yang berhasil menembus angka 1 juta penonton dalam tempo kurang dari 10 hari semenjak awal penayangannya yakni tanggal 12.12.12.  Film ini bercerita tentang persabatan antara 5 orang, Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji), yang sangat erat sampai mereka sepakat untuk “sementara waktu” berpisah, tidak salaing menyapa, bahkan berkomunikasi selama tiga bulan.  Setelah tiga bulan berpisah, mereka pun merayakan pertemuan mereka dengan mendaki puncak Gunung Semeru, banyak pelajaran yang mereka dapatkan dari pendakian ini.  Sebuah perjalanan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia.

Bahkan saya pun tidak menyangka, dengan latar belakang film yang tidak muluk2, semuanya berjalan natural.  Tidak perlu mengambil set cerita sampai ke negeri seberang atau efek film yang setara dengan film Hollywood -semua murni 100% Indonesia- film ini dapat menarik lebih dari 1 juta penonton. Sungguh pencapaian yang fantastis.

Film Habibie & Ainun
Film Selanjutnya adalah film Habibie & Ainun yang menceritakan kisah cinta antara Prof.DR.BJ.Habibie (Mantan Presiden RI) dan Ibu Hasri Ainun Habibie.  Mengambil set cerita ala tempo doeloe, diceritakan bagaimana pertemuan Habibie dengan Ainun pertama kali semasa SMP dulu di Bandung.  Kemudian Habibie meneruskan kuliah S3 nya di Jerman dan Ainun meneruskan kuliah di Bidang Kedokteran.  Mereka dipertemukan kembali dan akhirnya membuat Habibie jatuh cinta dengan Ainun.  Penonton bakal disuguhkan cerita lucu bagaimana Habibie yang berotak jenius itu merayu Ainun, Polos dan Apa adanya itulah penilaian saya terhada Pak Habibie.  Beliau berhasil menaklukkan Ibu Ainun tanpa menggunakan mobil ataupun pangkat militer apapun.  Hanya sebuah cinta yang tulus yang berhasil mengikatkan mereka.  Singkat cerita, akhirnya mereka menikah dan bertolak ke Jerman.  Habibie bekerja siang & malam demi menghidupi keluarganya.  Hingga Habibie berhasil membuat Pesawat pertama bagi Indonesia.  Di akhir film, siap-siaplah menyiapkan tissue karena inilah detik-detik Ibu Ainun sakit, Habibie sangat setia menemani Ibu Ainun hingga akhir hayatnya. Mirip cerita Romeo & Juliet, bahkan menurut saya lebih bagus dari itu.

Masih banyak film Indonesia yang akan tayang bulan ini menjelang libur Natal & Tahun Baru salah satu yang menurut saya akan booming adalah film “Cinta Tapi Beda” yang menceritakan dua sejoli yang saling mencintai tapi tidak direstui oleh kedua orang tua mereka karena terbentur oleh Agama mereka masing-masing.


Tanpa banyak basa-basi, mari kita dukung kebangkitan film Indonesia menjadi tuan rumah di Negeri Sendiri.

Salam Satu Bangsa, INDONESIA BISA !!!

also visit my Kompasiana's Blog : www.kompasiana.com/bob.aldi

Redenominasi? Menyebutkannya saja susah...



Beberapa minggu terakhir ini, mungkin kita sering mendengarkan gaung redenominasi rupiah.  Banyak kalangan menilai ini adalah sebuah langkah yang maju dari pemerintah dan tidak sedikit pula yang mengkritik habis-habisan rencana ini.

Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan Redenominasi itu? Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya (Wikipedia.org). Orang awam mungkin juga masih kebingungan dan sering menganggap ini sebagai pemotongan nilai mata uang alias sanering.

Indonesia memang pernah melakukan Sanering atau dulu dikenal dengan istilah "Gunting Syafruddin" karena memang yang menetapkan kebijakan ini adalah Syafrudin Prawiranegara pada tahun 1950.  Kebijakan ini bukanlah tanpa alasan mengingat pasca kemerdekaan ekonomi Indonesia pada saat itu sangat bergejolak.  Hiper Inflasi dan utang negara yang menumpuk membuat nilai uang rupiah membumbung tinggi. Menurut kebijakan itu, "uang merah" (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi dua (Wikipedia.org).  Namun hasilnya sangat efektif, terbukti waktu itu Rupiah semakin perkasa, harga kebutuhan pokok tidak naik, dan pemasukan kas negara berlipat-lipat.

Lalu apa bedanya dengan redenominasi? Sederhananya, redenominasi hanya mengurangi angka "nol-nya" saja, dibuat menjadi sederhana, tanpa mengurangi nilai.  Nantinya,Rp 100.000 nilainya sama dengan Rp. 100.  Alasan kuat pemerintah adalah untuk membuat mata uang Rupiah "naik kasta" dan menjadi salah satu mata uang terbaik di dunia.  Seperti kita tahu,  mata uang rupiah saat ini masuk ke kasta "Junk" atau "Mata Uang sampah".   Selain itu, Redenominasi juga berakibat pada penyederhanaan Laporan Keuangan, mengingat saya sendiri yang mahasiswa akuntansi sangat dipusingkan dengan banyaknya "Nol" pada saat penyusunan Journal sampai Laporan keuangan.

Saya pun miris mendengarnya, namun kenyataannya memang mata uang kita banyak dilecehkan.  Saya pernah memberikan hadiah uang Rupiah kepada teman saya Asli orang Australia sekadar untuk koleksi, karena memang dia suka dengan Indonesia.  Waktu itu saya memberikan pecahan 2 ribu, 5 ribu, dan 10 ribu.  Dia pun sangat kaget dan mengatakan "You are very generous man Bob, 17 thousand Rupiahs? that's too much" saya sangat kaget mendengar pernyataannya mengingat 17 ribu saja bisa saya habiskan sekali makan di Bandung.  Kemudian saya menjelaskan bahwa nilai uang yg saya berikan tidak lebih dari 2 AUD. Dia pun tersenyum dan memberikan saya 5 AUD yg kalau di kurskan sekitar Rp. 50.000.  Saya merasa malu juga pada saat itu mengingat uang 50 ribu rupiah sangat berarti bagi sebagian orang -termasuk saya- hehehe.

Sebenarnya masih banyak pengalaman saya dengan teman - teman saya yang asli orang Bule.  Namun saya malu menceritakannya, nanti saja ya kalau pemerintah sudah meredenominasi Rupiah.

Kunci keberhasilan Redenominasi adalah sosialisasi, di kota - kota besar mungkin masyarakatnya sudah terbiasa dengan harga Rp 10k, 50k, 100k.  Namun masyarakat pedesaan masih awam soal ini, sehingga pemerintah perlu bekerja keras agar tidak menimbulkan shock di masyarakat.  Kita bisa belajar dari pengalaman buruk Brazil dan zimbabwe yang gagal melakukan redenominasi sehingga makin memperparah keadaan dan kita perlu belajar banyak dari Turki yang berhasil meredenominasi mata uang Lira-nya sehingga menjadi salah satu mata uang yang disegani di dunia.

Salam satu Bangsa, Indonesia BISA !!!